Skip to content

Candi Simping Blitar, Makam Proklamator Majapahit

candi simping blitarCandi Simping.

Selama ini Blitar memang dikenal sebagai bumi Proklamator, sebab di kota ini lah jasad Ir. Soekarno disemayamkan. Tapi, taukah kalian jika bukan hanya makam Proklamator RI saja yang ada di Blitar? Makam Proklamator Majapahit juga ada di Blitar lho. 😀

Tentunya makam di sini bukan makam tempat jasad disemayamkan. Makam di sini hanyalah etimologi umum untuk menyebut tempat pendharmaan/ perabuan. Sebagaimana kita ketahui, dahulu raja-raja Singhasari dan Majapahit setelah meninggal akan dicandikan dan diwujudkan sebagai dewa-dewa yang mereka puja semasa hidup. Dalam beberapa pemahaman, raja memang dianggap sebagai perwujudan dewa di dunia, sehingga setelah meninggal raja dicandikan agar suci kembali menjadi dewa. Candi makam proklamator Majapahit berada di Candi Simping.

Riwayat Pelestarian

Laporan awal mengenai Candi Simping disampaikan oleh Teijsmann pada tahun 1866. Dalam laporannya disebutkan mengenai bangunan suci bernama Soengkoep. Hoepermans dalam bukunya Hindoe-oudheden van Java (1864-1867) dalam ROD 1913 menyinggung mengenai kondisi candi yang beliau kunjungi. Dalam laporannya tersebut Candi Simping masih disebut dengan nama Candi Soember Djati. Candi ini dalam kondisi rusak akibat adanya penggalian oleh Raden Saleh pada bulan April tahun 1866. Masih dalam laporan Hoepermans, sebelum penggalian oleh Raden Saleh disebutkan bahwa kondisi candi masih terawat, masih dijumpai pula sebuah arca yang saat ini dikenal sebagai Arca Harihara yang simpan di Museum Nasional Jakarta.

Di kemudian hari Candi Soengkoep atau Soember Djati ini dikenal sebagai Candi Simping  setelah adanya telaah dari Bosch mengenai naskah Kakawin Desawarnana atau Kitab Nagarakrtagama. Telaah Bosch mengenai Candi Simping diterbitkan dalam Oudheidkundig Verslag tahun 1916.

Sejarah

Ring saka matryaruna lina nirang narendra, drak pinratista jina wimbha sire puri jro, hantahpura ywa panelah sikana sudharmma, saiwa pratista cari teki muwah ri simping.

Artinya:

Pada tahun saka Matryaruna (1231 Saka/ 1309 M) Baginda Raja wafat, segera diwujudkan dengan arca Budha di dalam istana (puri jro), Antah Pura demikian nama Candi Baginda, tersebut pula dengan perwujudan Siwa di Simping.

Dalam kutipan Kitab Nagarakrtagama atau Kakawin Desawarnana pupuh 47 di atas diuraikan bahwa Raden Wijaya pendiri Majapahit yang bergelar Krtarajasa Jayawardhana wafat pada tahun 1231 Saka kemudian dicandikan sebagai Buddha di Antah Pura dan sebagai Siwa di Simping. Dalam uraian Nagarakrtagama dijelaskan bahwa Simping terletak tak jauh dari Lodoyo.

Keberadaan Candi Simping di masa kuno memperoleh perhatian besar dari Kerajaan Majapahit. Candi ini pernah dikunjungi dua kali dan direnovasi oleh Raja Hayam Wuruk (Rajasanagara), raja yang memimpin Majapahit di puncak kejayaan. Berikut uraiannya dalam Kakawin Desawarnana pupuh 61 dan 70:

Sah sangke lodhaya sira manganti simping, sweccha nambya mahajenga ri sang hyang dharma,

Artinya:

Baginda Raja meninggalkan Lodoyo menuju desa Simping, dengan rela seraya memperbaiki candi tempat memuja leluhur,

dan

Irikanganilastanah saka nrepeswara Warnnana, mahasahasi simping sang hyang dharma rakwa siralihen,

Artinya:

Pada tahun saka Anilastanah-1285 (1363 Masehi) Baginda Raja dikisahkan, Baginda Raja pergi ke Simping konon akan memindahkan candi

Kunjungan pertama terjadi pada tahun 1283 Saka (1361 M) bulan Wesaka (April – Mei). Kunjungan kedua terjadi pada tahun 1285 Saka (1363 M) dalam rangka merenovasi bangunan candi yang miring ke barat.

Deskripsi Candi

Candi Simping dalam keadaan runtuh, yang tersisa dari candi ini hanyalah bagian kaki saja. Struktur Candi Simping tersusun dari batu andesit dan juga batu bata sebagai pondasinya. Candi ini menghadap ke barat, hal ini diketahui dari sisa tangga masuk berada di sisi barat.

candi simpingBangunan Candi Simping mengadap ke barat.

Sisa komponen dan batu candi yang tak tersusun kini ditata rapi di sekeliling kaki candi. Kala candi ditata di sebelah utara, sedangkan deretan antefik di sebelah timur. Dari sisa komponen tersebut pengunjung dapat menikmati keindahan ragam hias Candi Simping. Sebagian besar ragam hias dinding Candi Simping merupakan ornamen tumbuhan yang distilir. Sementara itu ragam hias pada antefiknya berupa ornamen kala beraneka rupa.

candi sumberjati blitarIndahnya ornamen tumbuhan yang distilir pada susunan reruntuhan Candi Simping.

antefik simpingBerbagai motif kala dan makara Candi Simping.

kala candi simpingKala, merupakan komponen yang berada di atas pintu dan relung candi.

relief candi simpingRelief hewan pada sisa kaki candi.

Selain ornamen-ormamen dekorarif ada pula ornamen Candi Simping yang bersifat naratif, salah satunya adalah relief kura-kura dililit naga. Relief ini mengingatkan pada kisah Samodramanthana. Kura-kura merupakan tokoh Kuma (salah satu avatar Dewa Wisnu) yang dikisahkan menyangga gunung yang dililit Naga Basuki. Mereka bersama para Dewa dan Ashura melakukan pengadukan samudra untuk mencari Tirta Amerta.

Candi Simping Blitar, Makam Proklamator Majapahit 2

Batu berelief kura-kura dililit naga.

Pada Candi Simping pernah ditemukan arca Harihara (gabungan Wisnu-Siwa), yang dipercaya sebagai perwujudan dari Raden Wijaya. Saat ini arca tersebut tersimpan di Museum Nasional, Jakarta.

Candi Simping Blitar, Makam Proklamator Majapahit 3

Arca Hari Hara, perwujudan Sangrama Wijaya dari Candi Simping yang disimpan di Museum Nasional.

Lokasi dan Rute

Candi Simping dikenal juga dengan nama Candi Sumberjati karena secara administratif terletak di Desa Sumberjati, Kec. Kademangan, Kab. Blitar. Untuk menuju lokasi candi ini arahkan perjalanan ke arah Pantai Tambakrejo hingga tiba di Desa Sumberjati. Tak jauh dari SPBU Sumberjati terpampang papan petunjuk arah menuju Candi Simping, silakan mengikuti arah yang ditunjukkan.

. . .

Wah.. Gimana gak makin cinta nih sama Blitar. Ternyata bukan hanya Proklamator RI saja yang disemayamkan di Blitar, Raden Wijaya sang pendiri Majapahit pun juga dicandikan di Blitar. Simping seolah menjadi salah satu bukti, bahwa Blitar memang lah bumi pusara para Raja. 😀


Writer: Galy Hardyta

Sumber:

  • Rapporten van den Oudheidkundigen Dienst in Nederlandsch-Indie (ROD)
  • Sedyawati E., Hariani S., Hasan D., Ratnaesih M., Wiwin D. Sudjana R., dan Chaidir A. 2013. Candi Indonesia: Seri Jawa. Direktorat Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman, Direktorat Jendral Kebudayaan, Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan

Participant: Galy, Lia

4 Comments

  1. ardi bumi ardi bumi

    min boleh koreksi. ralat yg bagian atas ( Paragraf pertama baris terakhir – ” ….sehingga setelah meninggal raja dicandian agar suci kembali menjadi dewa..” ) itu yang benar “dicadian” apa “dicandikan”. mohon koreksinya dan semoga terus lebih baik lagi 🙂

  2. ardi bumi ardi bumi

    fast respon langsung dikoreksi, terima kasih min 🙂

  3. Saya penyusun Silsilah leluhur dari garis Ayah dan garis Ibu atau menyusun secara Bilateral. Saya Dinasti ke 26 dari Nararya Sanggrama Wijaya Sri Kertarajasa Jayawardhana,Pendiri Majapahit, dan Dinasti ke 20 dari Prabhu Kertabumi/ Brawijaya V Majapahit, dan sekarang masih berkelanjutan.
    Rahayu…Sagung Dumadi

Tinggalkan Balasan

error: Content is protected !!