Skip to content

Candi Sanggrahan Tulungagung, Candi Unik di Atas Panggung

candi sanggrahan tulungagung

Candi Sanggrahan.

Candi Sanggrahan bisa dikatakan merupakan salah satu candi termegah di Tulungagung. Candi yang tersusun dari kombinasi batu andesit dan bata ini berada di atas sebuah pelataran megah setinggi lebih dari dua meter dari permukaan tanah sekitarnya. Candi ini laksana berada di atas sebuah panggung.

Deskripsi Candi

Bangunan Candi Sanggrahan menghadap ke barat, berdenah bujur sangkar dengan ukuran panjang 12,06 m, lebar 9,06 m, dan tinggi bangunan yang tersisa sekarang adalah 5,75 m. Bangunan candi yang masih tersisa sekarang terdiri dari dua tingkat kaki candi, dan kaki tubuh candi.

candi sanggrahan

Candi utama.

Pada dinding kaki pertama candi terdapat penil-panil sempit dengan jumlah di sisi timur, selatan dan utara masing-masing 10 panil, begitu juga pada sisi barat. Pada panil tersebut terpahat relief berwujud binatang mitologi seperti kancil bertelinga lebar (sasa) dan singa. Pahatan relief itu dibuat berpasangan saling berhadapan, berulang-ulang. Tidak jelas apakah relief-relief hewan di Candi Sanggrahan memuat suatu cerita atau hanya sekadar ornamen hias tanpa cerita.

Candi Sanggrahan Tulungagung, Candi Unik di Atas Panggung 27Relief singa.

Candi Sanggrahan Tulungagung, Candi Unik di Atas Panggung 28Relief hewan mitologi.

Pada dinding kaki candi tingkat kedua terdapat panil-panil lebar namun kosong. Jumlah panil di dinding sisi timur, selatan, dan utara masing-masing enam panil. Adapun di sisi barat terdapat delapan panil.

Pada dinding kaki tubuh candi juga terdapat panil-panil kosong, jumlahnya pada sisi timur, selatan dan utara masing-masing empat panil.

Di belakang bangunan candi utama terdapat altar batu  berbentuk silindris dengan hiasan yang indah. Sedikit ke belakang lagi terdapat dua candi perwara (candi pendamping) yang tersusun dari bata.

Candi Sanggrahan Tulungagung, Candi Unik di Atas Panggung 29

Candi perwara/ candi pendamping.

Bangunan Candi Sanggrahan didirikan di atas pelataran yang lebih tinggi dari permukaan tanah di sekitarnya. Tinggi pelataran yang menjadi halaman candi adalah 2,25 m, cukup tinggi sehingga seakan akan bangunan Candi Sanggrahan berada di atas panggung yang cukup megah.

Seluruh tepi pelataran candi diperkuat dengan struktur bata (turap). Ukuran pelataran ini adalah 51 x 42,75 m. Di sisi barat sedikit ke selatan dari pelataran terdapat sisa gapura yang juga tersusun dari bata. Bagian sisa gapura tersebut hanya berupa bagian kakinya, dengan lebar pintu yang relatif sempit berukuran 1,40 m.

candi sanggrahan tulungagung

Candi utama difoto dari sisa gapura masuk.

Riwayat Pelestarian

Keberadaan Candi Sanggrahan termuat dalam karya monumental Raffles, The History of Java tahun 1817. Dalam karyanya tersebut Raffles menuliskan bahwa masyarakat setempat menyebut Candi Sanggrahan dengan sebutan Cungkup. Raffles tidak menjelaskan candi ini secara detail.

Laporan yang mengulas candi ini secara lebih detail datang dari Hoepermans 1864-1867, dalam laporan tersebut masih disebutkan mengenai adanya lima arca budha, tiga gapura dan arca dwarapala.

Knebel pada tahun 1908 mengulas lebih dalam mengenai lima arca budha yang oleh Verbeek di indentifikasi sebagai lima Dhyani Budha yaitu: Amitabha, Ratnasambhawa, Wairocana, Akshobhya, dan mungkin Amoghasiddha. Kelima arca budha tersebut kini menjadi koleksi Museum Wajakensis Tulungagung.

Candi Sanggrahan Tulungagung, Candi Unik di Atas Panggung 30

Arca Candi Sanggrahan.

Selain mengulas lebih detail mengenai lima arca Budha, Knebel juga menyinggung mengenai keberadaan saluran air pada Candi Sanggrahan. Keberadaan sisa sisa saluran air pada Candi Sanggrahan dikonfirmasi dalam penelitian Jayanti dan Puspasari tahun 2020 yang memperoleh informasi bahwa dahulu terdapat jaladwara di sisi utara pelataran candi.

Pada tahun 1915 dilakukan pembersihan dan penelitian pendahuluan oleh Oudbeidkundigen Dienst, dan pada tahun-tahun berikutnya dilakukan survei dan penggalian lebih lanjut. Krom pada tahun 1915 dan 1923 mengulas candi ini dengan menyertakan hasil laporan laporan terdahulu seperti laporan Raffles, Hoepermans dan Kneble. Dalam laporan Krom tahun 1915, Candi Sanggrahan disebut juga sebagai Candi Proetoeng (Candi Prutung). Peneliti lain yang juga menggunakan istilah Candi Proetoeng adalah Magetsari tahun 1979.

Pada tahun 2014 pada Candi Sanggrahan dilakukan pemugaran oleh BPCB Jawa Timur. Pemugaran berlangsung secara bertahap. Pada tahun 2016 pemugaran candi induk telah terselesaikan. Pada tahun 2017 dimulailah pemugaran turap. Pemugaran tersebut masih dikerjakan hingga tahun 2021. Pada tahun 2023 Candi Sanggrahan di resmikan pasca pemugaran.

Candi Sanggrahan Tulungagung, Candi Unik di Atas Panggung 31

Candi Sanggrahan pasca peresmian.

Candi Sanggrahan Tulungagung, Candi Unik di Atas Panggung 32

Candi Sanggrahan pasca pemugaran.

Candi Sanggrahan Tulungagung, Candi Unik di Atas Panggung 33Candi Sanggrahan sebelum pemugaran, dokumentasi perjalanan D’Trav tahun 2010.

Candi Sanggrahan Tulungagung, Candi Unik di Atas Panggung 34

Candi perwara pasca pemugaran.

Candi Sanggrahan Tulungagung, Candi Unik di Atas Panggung 35

Candi perwara sebelum pemugaran, dokumentasi perjalanan D’Trav tahun 2010.

Candi Sanggrahan Tulungagung, Candi Unik di Atas Panggung 36

Turap pelataran pasca pemugaran.

Candi Sanggrahan Tulungagung, Candi Unik di Atas Panggung 37

Turap pelataran sebelum pemugaran, dokumentasi perjalanan D’Trav tahun 2010.

Sejarah

Sebagaimana dilaporkan oleh Hoepermans hingga saat ini, belum ditemukan sumber sejarah tertulis baik angka tahun maupun prasasti yang berasal dari Candi Sanggrahan.

Mitos

Berdasarkan cerita rakyat versi Sinan Wijoyo Suyono Candi Sanggrahan dipercaya masyarakat setempat sebagai tempat istirahat rombongan pembawa jenazah seorang ratu Majapahit bernama Gayatri. Jenazah itu dibawa dari Keraton Majapahit untuk dibakar di sebuah tempat di sekitar Boyolangu.

Cancangan Gajah dan Umpak Gajah

Di luar kompleks Candi Sanggrahan dapat dijumpai sejumlah benda cagar budaya yang dikaitkan dengan mitos tambatan gajah di masa kerajaan. Benda-benda tersebut adalah Cancangan Gajah dan Umpak Gajah. Situs Cancangan Gajah berupa batu panjang seperti menhir, sedangkan Umpak Gajah berupa umpak/lapik batu dengan hiasan teratai. Lokasinya cukup dekat dengan kompeks candi.

Candi Sanggrahan Tulungagung, Candi Unik di Atas Panggung 38

Cancangan Gajah.Candi Sanggrahan Tulungagung, Candi Unik di Atas Panggung 39

Umpak Gajah.

Lokasi dan Rute

Candi Sanggrahan secara administratif terletak di Desa Sanggrahan, Kec. Boyolangu, Tulungagung. Candi ini berada satu desa dengan Gua Selomangleng. Bagi para travelers yang penasaran dengan kemegahan Candi Sanggrahan dapat menuju candi ini dengan menyusuri jalan raya Boyolangu ke arah Popoh.

Sesampai di perempatan pasar Boyolangu silakan belok ke kiri (ke arah timur) sejauh 2,3 km hingga perempatan SDN 1 Sanggrahan. Di perempatan ini terdapat plang petunjuk arah menuju Candi Sanggrahan dan Gua Selomangleng. Untuk menuju Candi Sanggrahan silakan belok ke kiri (ke arah utara) sementara untuk menuju Gua Selomangleng silakan belok ke kanan (ke arah selatan). Oiya jika kalian berkunjung ke Candi Sanggrahan jangan lupa untuk menyambangi obyek wisata sejarah lainnya yang cukup berdekatan ya. Selain Gua Selomangleng ada pula Candi Boyolangu/ Candi Gayatri.


Writer: Galy Hardyta

Sumber:

  • The History of Java
  • Rapporten van de Commissie in Nederlandsch Indie voor Oudheidkundig Onderzoek op Java en Madoera (ROC)
  • Rapporten van den Oudheidkundigen Dienst in Nederlandsch-Indie (ROD)
  • Inleiding tot de Hindoe-Javaansche Kunst
  • Sedyawati, E., H. Santiko, H. Djafar, R. Maaulana, W.D. Sudjana Ramelan dan C. Ashari. 2013. Candi Indonesia Seri Jawa. Direktorat Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman, Direktorat Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman
  • Jayanti, T.D. dan R. Puspasari. 2020. Eksplorasi etnomatematika pada Candi Sanggraha Tuungagung. JP2M. 6 (2): 53-66

Selftravelling

Tinggalkan Balasan

error: Content is protected !!