Skip to content

Candi Lor dan Anjuk Ladang, Tonggak Berdirinya Kabupaten Nganjuk

candi lor

Candi Lor.

Perjalanan Blitar-Jogja memang sudah biasa DTrav lakukan, terutama bagi saya dan Koje yang memang kuliah di Jogja. Tapi ada yang berbeda dalam perjalanan kali ini di mana kami mencoba mampir ke salah satu spot menarik di Nganjuk. Mungkin karena masih dalam suasana libur awal tahun 2012, sehingga kami bisa meluangkan waktu tanpa khawatir kemalaman tiba di Jogja. Spot yang kami pilih dalam perjalanan ini adalah Candi Lor.

Lokasi dan Rute

Candi Lor secara administratif terletak di Desa Candirejo, Kec. Loceret, Kab. Nganjuk, Jawa Timur.  Alasan mengapa kami memilih spot ini karena lokasinya berada tak jauh dari Jalan Raya Kediri-Nganjuk di Kec. Loceret, yang tentunya dilalui oleh kendaraan umum. Perjalanan ini teramat santai karena kami tinggal menaiki bus umum dari Blitar. Asal nanti sudah terlihat sebuah pohon kepuh yang tumbuh pada tumpukan bata merah berarti kami sudah harus menepi. Tapi menunggu penampakan pohon tersebut ternyata sangat lama. Baru setelah satu setengah jam ngobrol ngalor-ngidul ga jelas akhirnya tanda-tanda itu terlihat juga. Tanpa basa-basi kami pun segera menepi dan berpamitan pada mas kondektur 😀 hehehe. Perjalanan pun kami lanjutkan dengan berjalan kaki sejauh 300 meter menuju lokasi candi.

Candi Lor dan Anjuk Ladang, Tonggak Berdirinya Kabupaten Nganjuk 1

Candi Lor dari tepi jalan.

Setiba di lokasi, bapak juru pelihara Candi Lor langsung menyambut kami dengan ramah. Sebelumnya kami dipersilakan untuk mengisi buku tamu terlebih dahulu, tapi karena tidak mau buang-buang waktu kami pun berbagi tugas. Juru pelihara saya yang menghadapi, sedangkan Koje langsung eksplor ke struktur candi. Setelah selesai memperoleh pemaparan dari juru pelihara, saya segera menyusul Koje yang sudah penekan sampai ke atas candi.

Deskripsi Candi

Candi Lor tersusun dari bata, strukturnya memiliki denah bujur sangkar. Candi ini diperkirakan menghadap ke barat karena terdapat anak tangga dengan tinggi 3,4 m di sisi barat candi. Keadaan Candi Lor mengalami kerusakan yang sangat parah dan hanya menyisakan bagian kaki dan tubuhnya. Di bagian tenggara tubuhnya mengalami keruntuhan akibat ditumbuhi pohon kepuh yang berumur ratusan tahun. Akar-akar pohon menelusuk dan melilit masuk ke badan dan ke dasar candi. Hal inilah yang menyebabkan Candi Lor belum dapat dipugar untuk diperlihatkan bentuk aslinya.

Candi Lor dan Anjuk Ladang, Tonggak Berdirinya Kabupaten Nganjuk 2

Akar kepuh yang melilit candi.

Di depan struktur candi terdapat sisa-sisa pondasi yang diduga merupakan candi perwara. Sisa pondasi tersebut dalam cerita tutur dianggap sebagai makam Eyang Kerto dan Eyang Kerti abdi Pu Sindok.

Candi Lor dan Anjuk Ladang, Tonggak Berdirinya Kabupaten Nganjuk 3

Makam Eyang Kerti.

Selain berbahan bata, di lokasi Candi Lor juga dapat dijumpai beberapa komponen candi yang berbahan dasar batu andesit. Komponen-komponen tersebut terdiri dari batu candi, pecahan yoni, dan ambang pintu. Arca Ganesa dan Siwa Mahadewa yang dipaparkan dalam papan keterangan candi tidak dapat lagi kami jumpai. Mungkin arca-arca tersebut tersimpan di Museum Anjuk Ladang.

Candi Lor dan Anjuk Ladang, Tonggak Berdirinya Kabupaten Nganjuk 4

Komponen berbahan batu andesit.

Dahulu di sekitar candi ini terdapat prasasti yang dikenal dengan nama Prasasti Anjuk Ladang. Saat ini prasasti terbut disimpan di Museum Nasional Jakarta.

Riwayat Pelestarian

Candi Lor pernah dicatat oleh Raffles pada tahun 1817, dalam catatannya beliau mengungkapkan bahwa candi ini memiliki ukuran yang mirip dengan Candi Jabung di Probolinggo. Saat berkunjung, beliau masih menjumpai adanya prasasti yang saat ini dikenal sebagai Prasasti Anjuk Ladang di lokasi Candi Lor. Selanjutnya peneliti lain juga mengulas candi ini.

Hoepermans pada tahun 1866 melaporkan kondisi candi yang rusak. Dalam laporannya beliau masih menjumpai adanya sejumlah arca yang telah rusak, di antaranya adalah arca tokoh berlengan empat dan Arca Ganesa. Dalam laporan beliau, disinggung mengenai sebuah batu bergambar dari Candi Lor yang disimpan di taman Residen Kediri. Dalam laporan Brandes tahun 1913 dijelaskan bahwa batu tersebut merupakan Prasasti Anjuk Ladang sebelum disimpan di Batavia.

Knebel pada tahun 1908 juga membuat laporan mengenai Candi Lor. Knebel melaporkan mengenai kondisi candi yang rusak, keberadaan arca tanpa kepala, yoni dan recapada. Selain menyadur catatan Raffles, beliau juga menyinggung mengenai kegiatan adat yang dilaksanakan di sekitar candi, dan cerita tutur mengenai pertapaan Maling Gentiri di Candi Lor.

Sejarah

Candi Lor dan Anjuk Ladang, Tonggak Berdirinya Kabupaten Nganjuk 5

Prasasti Anjuk Ladang.

Sejarah Candi Lor dapat diketahui dari isi Prasasti Anjuk Ladang. Berikut kutipan isi Prasasti Anjuk Ladang bagian depan dari baris pertama sampai ke 14, pembacaan oleh Brandes sebagai berikut:

  1. swasti cakawarsatita 857 caitramasa tithi dwadacicuklapaksa

  2. naksatra barunadewata, brahmayoga kolawakarana irika di(wa)

  3. sanya ajna crï maharaja pu sindok crï icana wikrama dharmmotunggadewa tinadah rakryan mapinghai kalih (ra)

  4. (ke hino pu sahasra, rake) wka pu balicwara umingso i rakai kanuruhan pu da kumonakan ikanang lmah sawah kakatikan

  5. marpanakna i bhatara i sang hyang prasada kabhaktyan i dharmma samgat pu anjukladang

  6. cri maharaja i crï jayamrta sima punpunana batara

  7. pratidina mangkana cri maharaja rikanang sawah kakatikan

  8. n i bhatara i sang hyang i sang hyang prasada kabhaktyan i sri jayamrta mari da yan lmah sawah kakati(ka)

  9. n iyanjukladang tutugani tanda sambandha ikanang rama iyanjukladang tutugani tanda kanugrahau de crï maharaja manglaga

  10. i saprana i satahun satahun matangnyan papinda lamwit 6 (?) ikanang sawah kakatikan iyanjukladang tutuga

  11. i tan wuang i tani rama dumadyakan ikanang Atik samangkana ya ta matangyan iuanugrahan ikanang rama iyanjukladang

  12. katik de crï maharaja tamolaha magawai ma 4 madrwyahaji Irin mas su 12 i satahun satahun

  13. mangkaua( )nn( )nyanugraha crl maharaja irikanang rama iyanjukladang tutugani tanda tlas mapagëh tan kolahulaha

  14. yakapa( )ya tka i dlahaningdlaha parnnahauikanang lmah unggwani sang hyang prasada atëherang jayastama

Alih aksara selengkapnya, mengenai prasasti ini bisa dilihat dalam laporan Brandes dengan nama Prasasti Tjandi Lor. Saat ini Prasasti Anjuk Ladang berada di Museum Gajah (Museum Nasional) Jakarta.

Berdasarkan isi Prasasti Anjuk Ladang, diketahui mengenai penganugerahan sima di wilayah Anjuk Ladang oleh Maharaja Kerajaan Medang bergelar Sri Maharaja Pu Sindok Sri Isyana Wikrama Dharmmotunggadewa (populer dikenal sebagai Pu Sindok pendiri Dinasti Isyana) pada tahun 857 Saka (935 Masehi). Disebutkan pula pejabat pejabat Kerajaan Medang seperti Rake Hino Pu Sahasra, Rake Wka Pu Baliswara dan Rakai Kanuruhan. Dalam prasasti disebutkan pula nama nama prasada seperti Sri Jayamerta dan Jayastama (Jayastamba).

Saat ini nama Jayastamba merupakan nama yang populer untuk mengidentifikasikan Candi Lor. Sementara dalam laporannya tahun 1923, Krom lebih memilih nama Sri Jayamerta sebagai nama bangunan Candi Lor saat ini. Apakah kedua nama prasada tersebut merujuk pada bangunan Candi Lor? Ataukah sebenarnya ada dua candi mengingat dalam laporan Hoepermans dan Krom disebut mengenai nama Candi Kidul di dekat Candi Lor.

Keberadaan Prasasti Anjuk Ladang selain menguak asal-usul Candi Lor juga menjadi dasar penetapan hari jadi Nganjuk. Peresmian prasasti ini pada tanggal 10 April tahun 935 Masehi diperingati setiap tahunnya sebagai hari jadi Nganjuk.

. . .

Setelah kemput mengelilingi Candi Lor kami melanjutkan perjalanan ke Museum Anjuk Ladang untuk melihat arca-arca asal Candi Lor yang dijelaskan dalam papan keterangan candi, siapa tau arcanya disimpan di sana. Masih menggunakan jasa bus umum, kami pun melanjutkan perjalanan ke Museum Anjuk Ladang yang lokasinya tidak jauh dari Terminal Nganjuk. Setiba di terminal kami langsung meluncur ke TKP. Eh ternyata Museumnya lagi tutup.. 🙁

Candi Lor dan Anjuk Ladang, Tonggak Berdirinya Kabupaten Nganjuk 6

Tutup coy.

Ya sudah lah.. Sepertinya maen-maennya harus disudahi sampai disini, sudah saatnya kami melanjutkan perjalanan kami yang tertunda. Semoga di sepenggal perjalanan selanjutnya kami dapat menuntaskan rasa penasaran itu. Sampai jumpa lagi Bhumi Anjuk Ladang.


Writer : Galy Hardyta

Revisi terakhir : Maret 2020

Narasumber :

  • Juru Pelihara Candi Lor

Sumber:

  • Rapporten van de Commissie in Nederlandsch Indie voor Oudheidkundig Onderzoek op Java en Madoera (ROC)
  • Rapporten van den Oudheidkundigen Dienst in Nederlandsch-Indie (ROD)
  • Oud Javaansche Oorkonden
  • Inleiding tot de Hindoe-javaansche Kunst
  • Candi Indonesia Seri Jawa

Participant : Galy, Koje

9 Comments

  1. dewi tyas dewi tyas

    aq suka tulisan ini,,,

  2. kitisuhartatik kitisuhartatik

    aku juga orang nganjuk..tapi belum sempet..lho menceritakan sedetil ini ..makasih yaaa tulisannya…

  3. Bunger Bunger

    terimakasih telah mampir di nganjuk dan menuliskan sepenggal sejarah kota kami
    btw denger mitos negeri ngatas angin jd teringat akan cerita wayang Bharatayudha
    negeri ngatas angin adalah negeri asal pendeta durna yg pada saat msh muda bernama raden kumbayana yg terkenal tampan dan sakti tp berkelakuan buruk, yg akhirnya tubuhnya rusak saat perang melawan raden gandamana

    • sama-sama pak. mohon maaf sebelumnya jika dalam tulisan kami banyak kekurangannya :D. Wah mantab, kami penggemar wayang juga.

  4. yahya yahya

    membaca sejarah trmsuk hal yg sgt mnarik bagiku, mklum dlu aq kuliah di jur sejarah UNNES-semarang, btw, dlu prnah mampir ke teman kampus ke srengat-blitar…sayang knpa dlu ga mampir ke candi lor & ngetos ya?…skrg stlh lulus kuliah sy plg ke kmpung halaman di batang-jateng..membaca/mndengar kata srengat sperti mnggugah memori dlu…smga Allah msh mmberi kami kesempatan utk brkunjung lg ke saudara di blitar dan tentu mampir ke candi lor dan ngetos yg kedengarannya menarik utk di kunjungi…salam kenal & trimakasih utk penulisnya…

    • Salam kenal. Untuk candi lor dan ngetos di nganjuk pak. Di srengat ada candi mleri dan candi gunung pegat.

Tinggalkan Balasan

error: Content is protected !!